
Bagi Wahyu, untuk berpenghasilan setara dengan gaji Presiden, itu membutuhkan perjuangan panjang dan tak kenal lelah. Bahkan, bapak tiga anak ini sempat didera rasa galau akibat ketidakpastian usaha mi ayamnya itu. Wahyu "lari" dari bisnis sampingannya itu dan tergoda kembali bekerja sebagai Asisten Produser di salah satu rumah produksi ternama di Indonesia.
Berkat pedagang tongseng di Tanah Baru, Depok, Wahyu pun akhirnya fokus menjalani usahanya itu. "Waktu makan tongseng, saya tanya sama pedagangnya, ruko ini sewanya berapa per bulan. Dia bilang punya sendiri. Saya tanya lagi berapa lama jualan tongseng, dia bilang lima belas tahun dan mulai tahun ke sepuluh merasakan enaknya. Di situ saya terpecut. Saya baru satu tahun buka saja sudah nyerah, cemen," kata Wahyu di Kantor Pusat Mi Ayam Grobakan di Jalan Merpati 6 No 221, Perumnas Depok I, Sabtu (7/4).
Semangat untuk terus maju menjadikan Wahyu meninggalkan pekerjaan yang membesarkan namanya itu di dunia perfilman dan bergaji Rp 15 juta per bulan. Wahyu pun mematenkan mi ayamnya dan melanjutkan usaha mi ayam dengan sistim waralaba atau franchise. Dengan dana kemitraan Rp 7,5 juta, kini Wahyu telah mimiliki 120 mitra di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kemudian di Bandung, Semarang, dan Pekanbaru.
"Alhamdulillah dengan fokus saya bisa mengembangkan usaha ini," ujar pria kelahiran 3 Mei 1972 itu.
Berawal dari hobi makan mi ayam, Wahyu pun tertarik untuk berjualan mi ayam. Ketertarikan itu muncul karena penggemar mi ayam dari segala umur. Wahyu pun mulai gencar mencoba mi ayam berbagai produk. Dari mi ayam terkenal hingga yang biasa. Tahun 2007, suami dari Ervina Widamayanti itu pun mulai mencari resep untuk membuat mi ayam yang enak dan sehat disantap. Setiap menemukan resep membuat mi dari berbagai sumber, Wahyu pun mencoba mi buatannya itu ke pasar. Baik itu di acara keluarga hingga acara di RT dan RW.
Hasilnya Wahyu pun menemukan resep mi yang enak, lembut, dan tidak mudah putus. Tak hanya itu, mi-nya bebas bahan pengawet, kimia, dan halal. Resep lainnya adalah bumbu. Ketika dirasakan mi ayam yang gepeng itu begitu mantap dimulut. Bumbu serta sambal yang menyatu di mi ayam itu menari di lidah. Potongan daging ayam yang segar menambah kelezatan mi ayam buatan Wahyu.
Dengan modal Rp 27 juta, Wahyu pun memberanikan diri membuka usaha mi ayam. Modal itu digunakan untuk membeli mesin pembuat mi Rp 6,5 juta, bahan baku serta menyewa tempat berjualan di Jalan Mawar. Tepat sehari setelah lebaran pada 2008, Wahyu resmi berjualan mi ayam. Sambutannya pun luar biasa. Hampir 100 mangkuk mi ayam seharga Rp 7,000 terjual. Kemudian, Wahyu pindah ke Jalan Merpati. Walaupun pindah mi ayam Wahyu tetap diburu konsumen.
Tak puas dengan buatan mi ayamnya, Wahyu pun mencoba mengembangkan usahanya. Mulainya Wahyu membaca buku tentang waralaba. Setelah yakin Wahyu pun mengembangkan usahanya dengan cara waralaba.
Setiap kemitraan dananya Rp 7,5 juta. Dengan dana itu akan mendapatkan gerobak mi ayam yang terbuat dari kayu jati Belanda dan mendapatkan 28 item lainnya. Selain itu diberikan juga pelatihan cara membuat mi, bumbu mi ayam, dan sambal. Selanjutnya dicarikan lokasi jualan dan pendampingan usaha.
Analisa investasi dari modal Rp 7,5 juta itu adalah pemasukan mi ayam per hari Rp 187.000 (25 mangkok), teh botol Rp 75.000, bakso (2 buah) Rp 30.000, pangsit rebus (2 buah) Rp 15.000. Jika dihitung per bulan maka penghasilannya Rp 9.2 juta. Sedangkan pengeluaran per bulannya mencapai Rp 2,3 juta.
"Dari 120 mitra, 20 persennya ada yang berhenti karena berbagai hal. Ada juga berhenti lalu melanjutkan kembali. Sisanya sukses, bahkan sudah ada yang 100 mangkok per hari. Kepercayaan menjadi komitmen kami," ujarnya.
wartakotalive.com
0 komentar:
Posting Komentar